Thursday, 26 Jun 2025

Dari Sawah ke Sekolah Developer: Transformasi Ali Sarbani Developer Ratusan Perumahan

3 minutes reading
Thursday, 26 Jun 2025 04:50 2 Admin

Ali Sarbani tidak dilahirkan dengan warisan properti atau gelar mewah. Ia lahir di Kudus dari keluarga petani sederhana. Namun hari ini, namanya dikenal luas sebagai developer properti dan penggagas Sekolah Developer, tempat belajar bagi ribuan pemula yang ingin terjun ke dunia properti.
Bagi Ali, kisah hidupnya adalah bukti bahwa tidak perlu lahir kaya untuk bisa menjadi pengusaha sukses.

Inspirasi dari Sekat Ruang Tamu

Ali kecil tumbuh dalam rumah sederhana. Salah satu memori yang paling membekas baginya adalah gambar rumah dan mobil yang tertempel di sketsel—pembatas ruangan yang ditempatkan di ruang tamu. Gambar itulah yang menjadi benih mimpi sejak dini, meski ia tak menyadari besarnya pengaruhnya hingga dewasa.

Ayahnya adalah sosok yang paling berpengaruh dalam mimpi ini. Saat Ali ingin sekolah perawat, sang ayah berkata, “Mimpimu terlalu kecil. Kenapa cuma jadi perawat? Kenapa tidak punya rumah sakitnya sekalian?”

Kata-kata itu mendorong Ali bermimpi lebih besar. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk memiliki semua gambar itu suatu hari nanti; hal-hal yang pada saat itu hanya sebatas angan baginya.

Hijrah, Terpukul, dan Mulai Lagi dari Nol

Tahun 1995, Ali merantau ke Semarang untuk kuliah sambil bekerja. Saat krisis moneter menghantam pada 1997, perekonomian keluarga ikut jatuh. Ia banting stir menjadi pedagang HP second dan bertahan selama 10 tahun. Sayangnya, meski sudah lama berdagang, ia belum juga mampu mewujudkan impian memiliki rumah sendiri.

Pada 2009, ia mengambil risiko besar: pindah ke Jakarta dan menjual seluruh usaha tokonya dengan membawa modal Rp65 juta. Namun, satu setengah tahun kemudian, uangnya habis dan ia pulang ke Semarang dalam keadaan kosong.

Titik Balik: Seminar Gratis yang Mengubah Arah Hidup

Di Plaza Simpang Lima, sebuah pertemuan tak sengaja dengan teman membawanya ke seminar properti gratis. Meski awalnya ragu, kehadirannya di seminar itu membuka matanya: properti bisa menjadi jalan karier yang konkret, bahkan untuk orang tanpa latar belakang teknik atau modal besar.

Ia langsung mencoba menawar rumah seharga Rp450 juta menjadi Rp250 juta, padahal ia tak punya uang sama sekali. Tiga bulan kemudian, ia mendapatkan rumah itu seharga Rp275 juta dan berhasil menjualnya dengan fee Rp12 juta. Momen itu menjadi validasi bagi dirinya bahwa model bisnis ini bisa dijalani.

Tumbuh, Terjatuh, dan Bangkit Lagi

Perjalanan Ali di dunia properti pun dimulai. Pada 2012, ia berhasil membangun 3 rumah. Tahun berikutnya meningkat jadi 10 rumah, hingga ratusan unit dalam satu proyek.Akan tetapi, tahun 2014 ternyata menjadi ujian besar baginya: 5 proyeknya gagal karena perubahan regulasi dan ia mengalami kerugian hingga Rp2 miliar. Rumah dan mobil hasil kerja keras selama 4 tahun pun harus dijual.

Namun Ali tidak menyerah. Ia membentuk tim baru yang lebih efisien dan fokus kembali membangun dari dasar.

Kembali ke Akar: Membagikan Ilmu

Titik baliknya berasal dari seminar gratis. Karena itu, sejak 2017 Ali mulai mengadakan kelas “Bisnis Properti Tanpa Modal Investor.” Dari kelas kecil untuk teman-teman dekat, kini berkembang menjadi Sekolah Developer yang hadir di banyak kota dan menjangkau ribuan orang.

Ia percaya, siapa pun bisa mulai bisnis properti. Bahkan tanpa modal besar. Yang dibutuhkan adalah pengetahuan, relasi, dan keberanian untuk mencoba.

Ali selalu memegang nilai bahwa: 

1) Mimpi itu gratis, tapi mewujudkannya perlu keberanian.

2) Ilmu dan koneksi adalah dua hal yang tak bisa ditawar dalam perjalanan sukses.

3) Terkadang kita harus “berpura-pura” sukses, hingga akhirnya kita benar-benar menjadi sukses.

4) Kegagalan bukan akhir, tapi fondasi.

Hari ini, Ali Sarbani tidak hanya membangun perumahan, tapi juga membangun keberanian generasi baru untuk berani bermimpi dan bertindak. Melalui Sekolah Developer, ia membuka jalan agar lebih banyak anak muda untuk masuk ke dunia properti dan mengubah hidup mereka sendiri.

Artikel ini juga tayang di vritimes

LAINNYA